Rabu, 22 Desember 2010
rahmatullah sutarno note: Rahasia hati
rahmatullah sutarno note: Rahasia hati: "Ketika Tuhan akan menyimpan sebuah rahasia untuk manusia, para Malaikat mengusulkan untuk menyimpannya di puncak gunung, di dasar laut, ata..."
Rahasia hati
Ketika Tuhan akan menyimpan sebuah rahasia untuk manusia, para Malaikat
mengusulkan untuk menyimpannya di puncak gunung, di dasar laut, atau di manapun
yang sulit dijangkau. Namun Tuhan berkata tidak. Akhirnya ditentukan, bahwa
tempat yang rahasia paling rahasia adalah di: Hati.
Di sekeping daging merah inilah manusia menyimpan rahasia ruang dan waktu
sepenggal hidupnya.
Manusia bisa tersenyum di saat hatinya luka.
Menangis di saat hati sedang berbunga.
Orang yang berkelana diberi kata hati-hati.
Orang yang tidak pernah mau mendengar diberi nama manusia yang berhati batu.
Manusia yang degil adalah manusia yang tak punya hati.
Sedang yang paling beruntung adalah manusia yang mempunyai kebersihan hati dan
kebeningan ini terpancar hingga ke aura wajah yang meneduhkan, di mana manusia
lain merasa damai kala di dekatnya, di mana orang-orang ingat Tuhan dengan
melihat wajahnya.
Pernahkah pada sebuah keheningan malam, kita mencoba menyelam ke dasar hati,
menyelam sedalam-dalamnya? Apakah kita menemukan sesuatu yang mirip dengan duri
atau menemukan ada sebuah penjara di sana?
Terkadang kita terluka oleh sebuah perlakuan orang yang membuat kita jatuh. Dan
kita membiarkan sakit hati ini terus bersemayam, di mana kita tidak merasa
nyaman setiap kali kita bertemu dengan orang tersebut. Ketika kita melihat
orang itu tertawa dan gembira, kita malah merasa iri dan berharap semoga dia
segera mendapatkan hal yang buruk. Dan ketika hal itu benar-benar terjadi, kita
malah mensyukurinya. Ya, akuilah dengan jujur, kita pernah merasakan dan ini
sangat manusiawi. Ibarat perang dingin, inilah yang disebut sebagai dendam
terselubung. Memang waktu akan menyembuhkan, tapi berapa lama?
Ada pemuda mencintai seorang gadis. Ia benar-benar serius dengan perasaan ini.
Ketika ia mengutarakan, ternyata telah ada pemuda yang telah mendahuluinya. Dan
akhirnya ia membiarkan gadis itu dipinang oleh pemuda lain. Apakah urusan ini
selesai? Sayang, ternyata tidak. Si pemuda masih menyimpan cinta pada wanita
yang kini telah menjadi istri orang lain. Malah ia berharap, si wanita segera
menjadi janda agar ia bisa memilikinya. Ini sering terjadi. Dan inilah yang
dinamakan sebuah penjara. Bila harapan si pemuda tidak terjadi, mungkin waktu
juga yang akan menyembuhkan. Tapi, sampai berapa lama?
Di saat kita jatuh atau terluka karena orang lain, terkadang susah bagi kita
untuk mendamaikan hati. Jika pikiran kita bisa menerima dengan hitung-hitungan
akal, maka hati tidak bisa dikalkulasi. Si lemah hati akan membiarkan hatinya
terus terpuruk. Si gelap hati akan mendendam rasa dan tidak pernah memaafkan..
Sedang yang beruntung adalah ketika ia diberi cobaan, ia ridha, ikhlas, dan ia
segera berusaha untuk sabar dan merelakan segala sesuatu yang memang tidak
seharusnya menjadi miliknya. Lebih jauh, ia tetap masih bisa mensyukuri, bahwa
apa pun yang tidak berpihak kepadanya adalah jalan yang terbaik saat itu.
Karena boleh jadi, apa yang menurut kita baik ternyata buruk, dan sebaliknya.
Yang Maha Merencanakan mengetahui, sedang kita tidak.
Hati adalah kita yang memilikinya. Ia ada di dalam dada ini dan di dalam hati
ini jua nurani kita tersimpan.
Namun kita sering melakukan perbuatan yang kita sendiri tahu itu salah. Kita
ingkari nurani.
Hari ini kita senang terhadap sesuatu, boleh jadi esok kita akan sangat
menyesal karena kemarin kenapa kita menyukainya.
Maha Besar Tuhan yang berkuasa membolak-balikkan hati kita.
mengusulkan untuk menyimpannya di puncak gunung, di dasar laut, atau di manapun
yang sulit dijangkau. Namun Tuhan berkata tidak. Akhirnya ditentukan, bahwa
tempat yang rahasia paling rahasia adalah di: Hati.
Di sekeping daging merah inilah manusia menyimpan rahasia ruang dan waktu
sepenggal hidupnya.
Manusia bisa tersenyum di saat hatinya luka.
Menangis di saat hati sedang berbunga.
Orang yang berkelana diberi kata hati-hati.
Orang yang tidak pernah mau mendengar diberi nama manusia yang berhati batu.
Manusia yang degil adalah manusia yang tak punya hati.
Sedang yang paling beruntung adalah manusia yang mempunyai kebersihan hati dan
kebeningan ini terpancar hingga ke aura wajah yang meneduhkan, di mana manusia
lain merasa damai kala di dekatnya, di mana orang-orang ingat Tuhan dengan
melihat wajahnya.
Pernahkah pada sebuah keheningan malam, kita mencoba menyelam ke dasar hati,
menyelam sedalam-dalamnya? Apakah kita menemukan sesuatu yang mirip dengan duri
atau menemukan ada sebuah penjara di sana?
Terkadang kita terluka oleh sebuah perlakuan orang yang membuat kita jatuh. Dan
kita membiarkan sakit hati ini terus bersemayam, di mana kita tidak merasa
nyaman setiap kali kita bertemu dengan orang tersebut. Ketika kita melihat
orang itu tertawa dan gembira, kita malah merasa iri dan berharap semoga dia
segera mendapatkan hal yang buruk. Dan ketika hal itu benar-benar terjadi, kita
malah mensyukurinya. Ya, akuilah dengan jujur, kita pernah merasakan dan ini
sangat manusiawi. Ibarat perang dingin, inilah yang disebut sebagai dendam
terselubung. Memang waktu akan menyembuhkan, tapi berapa lama?
Ada pemuda mencintai seorang gadis. Ia benar-benar serius dengan perasaan ini.
Ketika ia mengutarakan, ternyata telah ada pemuda yang telah mendahuluinya. Dan
akhirnya ia membiarkan gadis itu dipinang oleh pemuda lain. Apakah urusan ini
selesai? Sayang, ternyata tidak. Si pemuda masih menyimpan cinta pada wanita
yang kini telah menjadi istri orang lain. Malah ia berharap, si wanita segera
menjadi janda agar ia bisa memilikinya. Ini sering terjadi. Dan inilah yang
dinamakan sebuah penjara. Bila harapan si pemuda tidak terjadi, mungkin waktu
juga yang akan menyembuhkan. Tapi, sampai berapa lama?
Di saat kita jatuh atau terluka karena orang lain, terkadang susah bagi kita
untuk mendamaikan hati. Jika pikiran kita bisa menerima dengan hitung-hitungan
akal, maka hati tidak bisa dikalkulasi. Si lemah hati akan membiarkan hatinya
terus terpuruk. Si gelap hati akan mendendam rasa dan tidak pernah memaafkan..
Sedang yang beruntung adalah ketika ia diberi cobaan, ia ridha, ikhlas, dan ia
segera berusaha untuk sabar dan merelakan segala sesuatu yang memang tidak
seharusnya menjadi miliknya. Lebih jauh, ia tetap masih bisa mensyukuri, bahwa
apa pun yang tidak berpihak kepadanya adalah jalan yang terbaik saat itu.
Karena boleh jadi, apa yang menurut kita baik ternyata buruk, dan sebaliknya.
Yang Maha Merencanakan mengetahui, sedang kita tidak.
Hati adalah kita yang memilikinya. Ia ada di dalam dada ini dan di dalam hati
ini jua nurani kita tersimpan.
Namun kita sering melakukan perbuatan yang kita sendiri tahu itu salah. Kita
ingkari nurani.
Hari ini kita senang terhadap sesuatu, boleh jadi esok kita akan sangat
menyesal karena kemarin kenapa kita menyukainya.
Maha Besar Tuhan yang berkuasa membolak-balikkan hati kita.
Sabtu, 18 Desember 2010
jalaludin rumi
“Bagaimana keadaan sang pencinta?” tanya seseorang. Lelaki ini pun menjawab, “Jangan bertanya seperti itu, wahai sahabat. Jika engkau seperti aku, tentu engkau akan tahu. Ketika Dia memanggilmu, engkau pun akan memanggil-Nya!”
Siapakah lelaki ini? Dialah Maulana Jalaluddin Rumi, seorang penyair sufi terbesar yang namanya dikenal luas di Barat dan di Timur. Kutipan dari kata-katanya telah menghiasi ribuan literatur selama berabad-abad lamanya, dari dulu hingga sekarang. Layaknya para sufi, kecintaan kepada Allah Azza wa Jalla menghiasi seluruh relung kehidupannya.
Sebuah hikayat menceritakan bahwa suatu pagi seorang pandai besi bernama Shalahuddin memukul-mukul besi di tempat penempaannya. Tidak jauh dari tempat itu, berdirilah sesosok pria berjanggut tebal yang tidak lain adalah Jalaluddin Rumi. Saat mendengar suara dentingan besi bertalu-talu, Rumi seakan “tidak sadarkan diri” dan mengalami ekstase. Dari lisannya terucap syair-syair mistis berisi pujian akan keagungan Allah Azza wa Jalla. Ia tenggelam dalam pengalaman syatahat. Ia menari dan terus menari sambil memadahkan syair-syair cinta Ilahi.
Bermula dari sanalah tradisi menari kalangan sufi dimulai. Sampai meninggalnya, 17 Desember 1273, menari telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari sosoknya. Mengapa? Karena ia tidak pernah berhenti mencintai Allah. Bagi dirinya, segala yang terlihat dan terasa adalah “panggilan” serta sarana yang membuat hatinya tertambat kepada Allah. Itulah mengapa, dentingan suara besi pun mampu membuatnya mabuk kepayang.
Karya Monumental
Selain karena tariannya, sufi agung yang lahir di Balkh pada 1207 M ini, dikenal pula karena karya-karyanya yang monumental. Tiga di antaranya adalah Diwan Syamsi Tabriz, Matsnawi, dan Fihi ma Fihi. Diwan berisi 50.000 bait syair, penuh dengan lirik-lirik mistik. Adapun Matsnawi terdiri dari enam buku dan memuat sekitar 26.660 bait. Karya ini dia rampungkan dalam waktu sepuluh tahun.
Menurut Rumi, Matsnawi berisi “akar-akar agama dan penemuan kegaiban-kegaiban alam pengetahuan ketuhanan”. Dalam Matsnawi, Rumi mengajak pembacanya berpikir analogis dengan mengambil ilham dari cerita-cerita di dalamnya. Matsnawi adalah kumpulan metafora yang sangat indah (Jamil Ahmad, 2003: 246). Itulah sebabnya, walau telah berpulang beradab-abad lamanya, nama serta karya-karya Rumi masih tetap abadi hingga kini.
Di sini, kami kutipkan beberapa kata-kata indah penuh makna yang dinisbatkan kepada Jalaluddin Rumi:
* Abu Bakar dihormati kaum Muslimin bukan karena shalat, puasa, dan zakatnya yang banyak. Ia dihormati dan dijadikan rujukan kaum Muslimin karena isi hatinya.
* Jika hati disembuhkan dan sensualitasnya dibersihkan, Tuhan Yang Maha Pengasih akan bersemayam di atas Singgasana. Hati pun terbimbing karena ia bersama pemiliknya.
* Engkau dilahirkan dengan memiliki sepasang sayap, tapi mengapa engkau lebih suka menjalani hidup dengan merangkak?
* Engkau tak boleh sesaat pun diam termangu, engkau tidak boleh berhenti bekerja, hingga engkau buahkan pekerjaan, baik atau buruk.
* Tidak perlu sedu sedan dalam kesedihan. Apa pun yang hilang kelak akan diganti dalam bentuk lain.
* Ketika engkau ingin pergi ke suatu tempat, hatimu akan berangkat lebih dulu untuk melihat tempat tujuanmu. Memeriksa seperti apa sesungguhnya wujud tempat itu. Dan kemudian ia kembali untuk membawa tubuhmu ke sana.
* Seorang pencinta dipenuhi keajaiban, sebab ia menerima kekuatan yang tumbuh sebagai daya hidup dari yang dicintainya.
* Ketahuilah, apa pun yang menjadikanmu tergetar, itulah Yang Terbaik untukmu! Dan karena itulah, qalbu seorang pecinta-Nya lebih besar daripada Singgasana-Nya.
* Sungguh, cinta dapat mengubah yang pahit menjadi manis. Debu beralih emas. Keruh menjadi bening. Sakit menjadi sembuh. Penjara berubah menjadi telaga. Derita menjadi nikmat dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu meluluhkan besi. Menghancurkan batu karang. Membangkitkan yang mati dan memberikan kehidupan kepadanya. serta membuat budak menjadi pemimpin.
* Dalam shalat malam, tatkala matahari terbenam, jalan pancaindra tertutup dan jalan menuju yang gaib terbuka luas; kemudian malaikat penjaga tidur tiba menghalau ruh pergi ke langit, bagaikan penggembala menghalau burung-burung.
* Ikatlah dua ekor burung, pasti mereka tak bisa terbang, meskipun kini mereka punya empat buah sayap.
* Bunga-bunga mawar di taman takkan pernah merekah, sebelum langit menurunkan air matanya. Bayi-bayi itu takkan pernah diberi susu, sebelum mereka menangis terlebih dahulu. Maka, menangislah kamu, supaya Sang Perawat Agung datang memberikan padamu limpahan susu kasih sayang-Nya.
* Janganlah melihat bentuk luarku, tapi ambillah apa yang ada dalam tanganku.
* Ketika kita mati, jangan cari pusara kita di bumi, tetapi carilah di hati manusia.
* Semua yang dibuat indah, cantik dan anggun dibuat untuk mata orang yang melihat.
* Ketika engkau menatap kelembutan-Nya, seketika batu dan karang menjadi lilin. Namun, ketika engkau menatap keperkasaan-Nya, lilin pun menjadi karang.
Siapakah lelaki ini? Dialah Maulana Jalaluddin Rumi, seorang penyair sufi terbesar yang namanya dikenal luas di Barat dan di Timur. Kutipan dari kata-katanya telah menghiasi ribuan literatur selama berabad-abad lamanya, dari dulu hingga sekarang. Layaknya para sufi, kecintaan kepada Allah Azza wa Jalla menghiasi seluruh relung kehidupannya.
Sebuah hikayat menceritakan bahwa suatu pagi seorang pandai besi bernama Shalahuddin memukul-mukul besi di tempat penempaannya. Tidak jauh dari tempat itu, berdirilah sesosok pria berjanggut tebal yang tidak lain adalah Jalaluddin Rumi. Saat mendengar suara dentingan besi bertalu-talu, Rumi seakan “tidak sadarkan diri” dan mengalami ekstase. Dari lisannya terucap syair-syair mistis berisi pujian akan keagungan Allah Azza wa Jalla. Ia tenggelam dalam pengalaman syatahat. Ia menari dan terus menari sambil memadahkan syair-syair cinta Ilahi.
Bermula dari sanalah tradisi menari kalangan sufi dimulai. Sampai meninggalnya, 17 Desember 1273, menari telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari sosoknya. Mengapa? Karena ia tidak pernah berhenti mencintai Allah. Bagi dirinya, segala yang terlihat dan terasa adalah “panggilan” serta sarana yang membuat hatinya tertambat kepada Allah. Itulah mengapa, dentingan suara besi pun mampu membuatnya mabuk kepayang.
Karya Monumental
Selain karena tariannya, sufi agung yang lahir di Balkh pada 1207 M ini, dikenal pula karena karya-karyanya yang monumental. Tiga di antaranya adalah Diwan Syamsi Tabriz, Matsnawi, dan Fihi ma Fihi. Diwan berisi 50.000 bait syair, penuh dengan lirik-lirik mistik. Adapun Matsnawi terdiri dari enam buku dan memuat sekitar 26.660 bait. Karya ini dia rampungkan dalam waktu sepuluh tahun.
Menurut Rumi, Matsnawi berisi “akar-akar agama dan penemuan kegaiban-kegaiban alam pengetahuan ketuhanan”. Dalam Matsnawi, Rumi mengajak pembacanya berpikir analogis dengan mengambil ilham dari cerita-cerita di dalamnya. Matsnawi adalah kumpulan metafora yang sangat indah (Jamil Ahmad, 2003: 246). Itulah sebabnya, walau telah berpulang beradab-abad lamanya, nama serta karya-karya Rumi masih tetap abadi hingga kini.
Di sini, kami kutipkan beberapa kata-kata indah penuh makna yang dinisbatkan kepada Jalaluddin Rumi:
* Abu Bakar dihormati kaum Muslimin bukan karena shalat, puasa, dan zakatnya yang banyak. Ia dihormati dan dijadikan rujukan kaum Muslimin karena isi hatinya.
* Jika hati disembuhkan dan sensualitasnya dibersihkan, Tuhan Yang Maha Pengasih akan bersemayam di atas Singgasana. Hati pun terbimbing karena ia bersama pemiliknya.
* Engkau dilahirkan dengan memiliki sepasang sayap, tapi mengapa engkau lebih suka menjalani hidup dengan merangkak?
* Engkau tak boleh sesaat pun diam termangu, engkau tidak boleh berhenti bekerja, hingga engkau buahkan pekerjaan, baik atau buruk.
* Tidak perlu sedu sedan dalam kesedihan. Apa pun yang hilang kelak akan diganti dalam bentuk lain.
* Ketika engkau ingin pergi ke suatu tempat, hatimu akan berangkat lebih dulu untuk melihat tempat tujuanmu. Memeriksa seperti apa sesungguhnya wujud tempat itu. Dan kemudian ia kembali untuk membawa tubuhmu ke sana.
* Seorang pencinta dipenuhi keajaiban, sebab ia menerima kekuatan yang tumbuh sebagai daya hidup dari yang dicintainya.
* Ketahuilah, apa pun yang menjadikanmu tergetar, itulah Yang Terbaik untukmu! Dan karena itulah, qalbu seorang pecinta-Nya lebih besar daripada Singgasana-Nya.
* Sungguh, cinta dapat mengubah yang pahit menjadi manis. Debu beralih emas. Keruh menjadi bening. Sakit menjadi sembuh. Penjara berubah menjadi telaga. Derita menjadi nikmat dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu meluluhkan besi. Menghancurkan batu karang. Membangkitkan yang mati dan memberikan kehidupan kepadanya. serta membuat budak menjadi pemimpin.
* Dalam shalat malam, tatkala matahari terbenam, jalan pancaindra tertutup dan jalan menuju yang gaib terbuka luas; kemudian malaikat penjaga tidur tiba menghalau ruh pergi ke langit, bagaikan penggembala menghalau burung-burung.
* Ikatlah dua ekor burung, pasti mereka tak bisa terbang, meskipun kini mereka punya empat buah sayap.
* Bunga-bunga mawar di taman takkan pernah merekah, sebelum langit menurunkan air matanya. Bayi-bayi itu takkan pernah diberi susu, sebelum mereka menangis terlebih dahulu. Maka, menangislah kamu, supaya Sang Perawat Agung datang memberikan padamu limpahan susu kasih sayang-Nya.
* Janganlah melihat bentuk luarku, tapi ambillah apa yang ada dalam tanganku.
* Ketika kita mati, jangan cari pusara kita di bumi, tetapi carilah di hati manusia.
* Semua yang dibuat indah, cantik dan anggun dibuat untuk mata orang yang melihat.
* Ketika engkau menatap kelembutan-Nya, seketika batu dan karang menjadi lilin. Namun, ketika engkau menatap keperkasaan-Nya, lilin pun menjadi karang.
jalan cinta
Untuk anak-anakku,
Yang sedang bertanya-tanya
Tentang masa depan yang tersembunyi dan terbayang begitu jauh
Berharap-harap tentang hidup yang sedang dan akan dihadapinya
Anak-anakku,
yang sedang mencari keyakinan jiwa
Terhadap jiwa lain yang menjadi pasangan jiwanya
Anak-anakku,
Yang sedang gelisah
Menjalani hidup yang penuh ketidakpastian
Dan godaan-godaan yang memberatkan
Anak-anakku,
Yang semakin dewasa
Dan penuh dengan beban tanggungjawab kehidupan
Aku berdoa untuk kalian
Ya Allah,
Karuniakanlah kebajikan dan keteguhan hati kepada mereka
Jiwa-jiwa yang sedang tumbuh dewasa
Bersihkanlah jiwa mereka
Masukkanlah mereka dalam lindunganMu dan pemeliharaanMu
Anakku,
Pada mulanya engkau dan dia bertemu dalam ketidaksengajaan
Karena sejak mulanya adalah engkau dan dia dipertemukan
Oleh Tangan Gaib yang mengatur kehidupan
Dan sejak engkau bertemu lelaki bermata kuat
Dengan tatapannya yang tajam
Ada yang tersentak dari dalam dadamu
Engkau sering menyendiri duduk dalam gelap
bersenandung nyanyian kasmaran
Dan tersenyum entah untuk siapa
Nampaknya engkau tengah mabuk kepayang
memahat langit dengan angan-angan
mengukir malam dengan bayang-bayang
Jangan hanya diam engkau simpan dalam duduk termenung
Malam yang engkau sapa lewat tanpa jawab
Bersikaplah jujur dan terbuka
Tumpahkanlah perasaan yang sarat dengan cinta yang panas bergelora
Barangkali takdir tengah bicara
Telah datang seorang lelaki diperuntukkan buatmu
Dan pandangan matanya memang khusus buatmu
Mengapa engkau harus sembunyi dari kenyataan
Cinta kasih sejati kadang datang tak terduga
Bergegaslah bangun dari mimpi
Atau engkau akan kehilangan keindahan yang tengah engkau genggam
Anggap saja takdir tengah bicara
Ia datang dari langit buatmu dan pandangan matanya khusus buatmu
Engkau akan segera menyadari
Keadaannya tidaklah jauh berbeda
Takdir tengah bicara kepadanya
Ada yang tersentak dari dalam dadanya
Sejak ia bertemu denganmu gadis bermata lembut
Dan tatapanmu yang sejuk
Ia mengasingkan diri dari keriuhan
Merenungi keajaiban ruhaniah yang menggetarkan jiwanya
Bermalam-malam lewat tanpa jawab
Berharap-harap ia bertemu lagi denganmu
Menyusun angan-angan duduk berdua di bawah pohon cemara
Dan bercerita tentang sepasang burung yang bercumbu di atas dahan
Ia menyematkan kembang di rambut telinga kananmu
Lalu waktu yang engkau dan dia bayangkan pun tiba
Engkau bertemu dengannya berdiri di dekat duduknya
Tetapi ia hanya duduk terdiam
Engkaupun hanya berdiri terpaku berharap-harap
Ia berdiri mendekat ke hadapanmu dan menyapamu
Angin dan daunan dan waktu bercanda menunggu
Tetapi engkau dan dia tidak beranjak menyambut suara alam
Yang mengabarkan harapanmu terhadapnya
Dan mengabarkan hasratnya terhadapmu
Keraguanlah yang menyelimuti langkahmu
Engkau ragu keliru memahami pandangan matanya
Ketakutanlah yang menyelubungi langkahnya
Ia takut menemui kenyataanmu yang berbeda
Waktu berlalu dan engkau dan dia berlalu
Sejak ia berlalu dari hadapanmu
Sepi menggelayut di dalam dadamu dan rindu bayang-bayangnya
Sejak engkau berlalu dari hadapannya
Di dadanya bergelayut sepi dan rindu bayang-bayangmu
Engkau dan dia memang tidak seperti kanak-kanak lagi
Kanak-kanak tidak pandai berdusta apalagi terhadap perasaan di dada
Kanak-kanak yang begitu jujur tentang apa yang disukainya atau
dibencinya
Dan disampaikannya dengan tanpa beban
Sedang engkau menyembunyikan darinya
Perasaanmu yang bergelora
Dan dia menyembunyikan darimu
Hasratnya yang membara
Kedua-duanya bersembunyi dibalik harga diri
Mengapa engkau dan dia tidak bersegera mengikuti panggilan jiwa
Yang disatukan Tangan Gaib dalam cinta
Anugerah yang mengejawantah dalam dirimu dan dirinya
Pabila cinta telah memanggilmu ikutilah jalannya
Meski dibalik sayapnya yang anggun
Tersimpan pedang tajam melukaimu
Yakinlah anugerah gaibNya akan membimbing engkau dan dia
Dalam perjalanan yang menggembirakan betapa pun jauhnya
Apabila anugerah cinta telah melingkupi jiwamu dan jiwanya
Maka atas kehendakNya engkau dan dia akan dipertemukan
Betapapun engkau tidak menginginkan
Atau dia tidak menghendaki
Apabila hanya hasrat dan gelora nafsu yang melingkupi jiwamu dan
jiwanya
Maka atas kehendakNya engkau dan dia akan dipisahkan
Betapapun engkau ingin menemukannya
Atau dia ingin menemukanmu
Sesungguhnya atas kehendakNyalah engkau dan dia dipertemukan atau
dipisahkan
Nampaknya kegelisahanmu dan hasratnya
Hendak dipertemukan olehNya dalam cinta
Sehingga waktu membuatmu sering berhadapan dengannya
Dan ruang sering menempatkannya di dekatmu
Lalu engkau dan dia menjadi lebih mudah berbicara
Dan mendekatkan jiwamu dengan jiwanya
Sampai tiba waktu yang engkau dan dia tunggu
Benih yang dianugerahkan untukmu dan untuknya
Telah mulai bersemi dan tumbuh sebagai pohon cinta dengan cepatnya
Kalian menjadi sepasang kekasih yang saling mengikat janji setia
Sepasang kekasih saling menumpahkan perasaan
Mengikat waktu dengan memadu rindu
Saling bercerita tentang kegembiraan
Saling bercerita tentang kesedihan
Saling membagi tentang harapan dan beban
Memupuk pohon cinta dengan terbuka
Kepercayaan dan keikhlasan tentang hidup yang nampak atau tersembunyi
Memberikan dengan segala kerelaan kesempatan dan dukungan
Meminta dengan lembut pembelaan dan perlindungan
Memberikan pengertian dengan sepenuh hati dan pikiran
Sepasang kekasih saling menjaga dan memelihara
Karena ada kalanya di tengah waktu
Datang masa-masa yang mengganggu dan membingungkan
Menjadi masalah dan kemarahan
Lalu seperti kanak-kanak kalian saling membenci
Tentang keadaannya yang tidak engkau inginkan
Tentang keadaanmu yang tidak dia inginkan
Lalu seperti kanak-kanak kalian saling berdiam
Tentang ketidakmengertiannya terhadap keinginanmu
Tentang ketidakmengertianmu terhadap keinginannya
Anugerah cinta, harapan dan kedewasaan yang membimbing kalian
Membawamu kembali mendekat kepadanya
Membawanya kembali mendekat kepadamu
Lalu kalian saling bercerita
Tentang pemeliharaan dan penjagaan sepasang kekasih
Lalu kalian saling mengingatkan tentang pohon cinta yang kalian
ikrarkan
Di sepanjang perjalanan selalu datang kabut
Mengaburkan pandangan dan menghalangi tujuan hidup
Kekuatanmu dan kekuatannya dan anugerah cinta yang dapat
membersihkannya
Maka hanya kepadaNya berlindung dan berserah diri
Sepasang kekasih memohon penjagaan dan pemeliharaan
Sepasang kekasih memohon limpahan kasih sayang
Pohon cinta tumbuh subur dan semakin dewasa
Akarnya semakin kuat dan pokoknya semakin kokoh
Daunnya semakin rimbun meneduhi
Pohon dewasa yang siap berbunga dan berbuah
Dalam jiwamu mulai tumbuh perasaan-perasaan baru
Tentang tujuan dan harapan pohon cinta
Akankah ini berbunga dan berbuah dengan lebatnya
Engkau menjadi putik benih bagi hidup baru
Dan dia menjadi sari menghidupkan benih
Dalam jiwanya mulai tumbuh gagasan-gagasan baru
Tentang kedewasaan pohon cinta dan tujuan dan harapannya
Akankah ini berbunga dan berbuah dengan lebatnya
Akankah dia menikmatinya bermusim-musim
Malam-malam berlalu tanpa jawab
Kegelisahanmu dan kegundahannya dipertemukan dalam diam
Engkau tidak tahu bagaimana memulai kata ungkapan tentang perasaanmu
yang baru
Dia tidak tahu bagaimana menceritakan gagasannya yang baru
Kedewasaanmu dan kedewasaannya mendapat ujian
Menghadap
i kenyataan dengan terbuka dan jujur
Bermalam-malam berlalu dengan doa
Engkau dan dia berdoa
Ya Allah,
Bersihkanlah diriku, jernihkanlah pikiranku, beningkanlah hatiku
Tunjukkanlah kepadaku keyakinan yang benar
Pilihkanlah bagiku asal yang baik dan akhir yang baik
Sampai tiba waktunya
Engkau dan dia dikuatkan
Saling membuka dan bercerita tentang hal yang sama
Dan kalian saling tertawa tentang kekakuan beberapa masa sebelumnya
Kalian saling memantapkan harapan dan tujuan
Kalian saling mengingatkan tanggungjawab dan kenyataan hidup
Kalian saling setuju hidup bersekutu
Maka atas KehendakNYa kalian dipersatukan
Atas NamaNya kalian menjadi Suami Istri dengan kasih sayang
Berjanji saling menjaga dan mengingatkan tentang kebaikan
Saling melindungi dan mendukung dalam kehidupan
Dan hidup menjadi lebih nyata dan membahagiakan
Begitulah kalian menjalani hidup bersekutu
Bulan-bulan berlimpah kegembiraan dan kesenangan
Memadu kasih dengan bahagia tanpa kesedihan dan kegelisahan
Seolah-olah hanya kalian berdua yang ada di dunia
Lalu waktu berjalan semakin panjang
Dan hidup menjadi semakin nyata
Keriuhan dan gejolak hidup menampakkan wujudnya
Engkau mengandung anakmu yang pertama
Lalu seperti mendapat jiwa lain bersemayam dalam tubuhmu
Engkau dan dia merasakan ikatan yang batin
Suamimu bergembira dan menjadi semakin dewasa
Sembilan bulan engkau menjaga anak dalam kandunganmu
Dengan susah payah yang bertumpuk
Ada kalanya engkau menyimpan marah dan kesal
Ada kalanya engkau begitu gembira dan bahagia
Penuh syukur dan doa kepadaNya
Ketika tiba saatnya
Beban kandungan semakin memuncak
Punggungmu semakin berat dan payah
Pinggangmu semakin pegal dan sulit bernapas
Anakmu mengabarkan waktunya semakin dekat
Dan engkau melahirkannya dengan kesulitan dan berat
Antara rasa hidup dan mati yang menyakitkan
Suamimu menjagamu dan menguatkanmu
Ketika suara tangis bayi terdengar
Manusia baru telah lahir di tengah-tengah keluargamu
Dan engkau merasakan kebahagiaan yang tinggi
Memeluk bayi basah begitu merah
Jiwamu penuh dengannya dan jiwanya mengenalimu sebagai ibunya
Udara seperti penuh malaikat-malaikat suci
Menyambut dengan doa kehadiran anakmu
Membisikkan kepadamu harapan-harapan dan janji dari Tuhan
Hidupmu menjadi begitu berharga dan mulia
Dan mendapat tempat istimewa di surgaNya
Engkau menjadi ibu
Suamimu menjadi bapak
Engkaupun mengasuh dan memeliharanya
Dengan kasih sayang yang berlimpah
Jiwamu terikat dengan jiwanya
Air susu yang engkau minumkan kepadanya
Menjadi air jiwa bagi anakmu
Dan kebahagiaannya meminum air susumu
Menjadi tali yang tidak pernah putus bagimu
Kemanapun engkau bepergian
Yang ada dalam hati dan pikiranmu hanyalah wajah mungilnya
Maka bila tiba waktu pulang
Engkau bergegas dan cepat-cepat hendak sampai rumah
Di halaman engkau dengar tangisnya
Ia mencium aroma tubuhmu lewat angin
Hatimu tersayat-sayat penuh dengan rasa rindu bergumpal-gumpal di
dadamu
Air susumu menetes karenanya
Tidak sabar engkau angkat dan engkau cium wajahnya
Disambutnya engkau dengan senyum dari mulut mungil
Dan mata lucu yang merasa aman pelindungnya telah datang
Diusap-usapnya dengan kedua tangan mungil kulit wajahmu yang lekat di
wajahnya
Seolah-olah dapat dipastikan olehnya halus kulit wajahmu
Matanya semakin berbinar
Mendapati air susumu yang segar dan menyehatkan
Dan hatimu semakin bersinar
Kebahagiaan yang bertumpuk di atas kebahagiaan
Engkau lupakan semua lelah dan payah yang engkau jalani
Menungguinya bermalam-malam tanpa tidur
Ketika merengek ia basah oleh ompol atau kotoran
Ketika menangis ia tengah malam haus atau lapar
Waktu terus berjalan
Engkau melihat anakmu tumbuh berkembang
Belajar berguling dan menengkurapkan tubuhnya
Belajar merangkak dan berjalan
Dan mengucapkan kata-katanya yang pertama
Engkau mengajarinya memanggilmu ibu
Dan memanggil suamimu bapak
Engkau mengajarinya tentang alam
Api itu panas es itu dingin
Obat itu menyembuhkan racun itu mematikan
Engkau mengajarinya makan dan memakai baju
Menyisirkan rambutnya
Sambil bersenandung lagu kesukaannya
Dan menggumam betapa eloknya anakmu
Kesukaanmu kepadanya bertambah-tambah
Ikatanmu terhadapnya semakin kuatnya
Sedikit saja ia luka terjatuh atau tersayat pisau
Engkau begitu khawatirnya
Seolah-olah darah yang tumpah itu adalah darahmu sendiri
Dan kulitmulah yang tersayat atau luka
Begitu sayangnya engkau kepadanya
Sehingga yang engkau ucapkan adalah rasa marah
Yang lalu rasa sedihmu sebab telah memarahinya
Membuatmu menggendongnya dan mengusap lembut lukanya
Dengan obat yang paling lunak tetapi menyembuhkan
Engkau melihat anakmu tumbuh semakin dewasa
Dan menghadapi hidup dengan jalannya sendiri
Engkau semakin kesulitan menghadapinya
Seolah-olah ia tidak dapat mengerti keinginanmu
Dan engkau tidak lagi mengerti keinginannya
Ia hidup dengan teman-temannya sendiri
Berbicara sedikit denganmu dan dengan suamimu
Ia seolah-olah semakin jauh
Engkau bimbang dan gagap menghadapi dunianya yang berubah
Rasa cintamu kepadanya begitu ingin
Mengikatnya dalam rengkuhanmu
Mengamankannya dalam dekapanmu
Menggendong dan mengelus wajahnya seperti ketika ia kecil
Sedang gagasanmu tentang tantangan hidupnya begitu ingin
Membebaskannya melakukan pencarian
Mendukungnya tumbuh dan belajar menghadapi masa depannya
Melepaskannya untuk hidup dalam masanya
Sampai tiba waktunya ia benar-benar menjadi dewasa
Dan memahami duniamu dengan lebih leluasa
Dan engkau memahami dunianya dengan lebih lega
Percaya dan ikhlas tentangnya
Yakin karena engkau telah membimbingnya dengan benar
Maka engkau berdoa untuk anakmu setiap malam dalam sujud
Ya, Allah,
Tunjukkanlah kepada anakku jalan yang benar
Dekatkanlah ia kepada jalanMu
Bimbinglah ia, jagalah ia, lindungilah ia
Berikanlah kepadanya keteguhan dan keyakinan yang kuat
Tabahkanlah ia menghadapi hidup
Dan sabarkanlah kami dan bimbinglah kami orang tuanya
Ya Allah,
Kami berserah diri kepadaMu
Tiba waktu bagi anakmu menemukan kekasihnya
Seperti engkau ketika muda
Engkau begitu ingin melihat kekasihnya
Dililit rasa cemburu karena perhatiannya kepadamu
Tidak lagi seperti dahulu
Ia lebih banyak bersama kekasihnya daripada bersamamu
Dan ketika bersamamu
Ia lebih banyak bercerita tentang kekasihnya daripada tentangmu
Engkau merasa akan tiba waktunya
Dan ketika anakmu menikahi kekasihnya
Waktu pun tiba
Engkau berpisah dengannya
Anakmu menjalani hidup sendiri
Mendiami rumahnya sendiri
Bersama dengan istrinya seperti engkau dahulu
Dan hidupmu seolah-olah kesepian
Waktu terus berputar
Dan kalian berdua menjadi begitu tua
Rambut memutih dan tubuh melemah
Kenangan berjalan satu-satu di depan mata
Engkau menjadi memiliki kesadaran dan memahami
Hidup ini bisa begitu mudah atau rumit
Tergantung bagaimana engkau melihat dan menjalaninya
Sekarang engkau telah tua sehingga engkau melihat
Apa yang dahulunya engkau anggap
Sebagai kerumitan dan kesulitan yang besar
Ternyata hanyalah hal yang sederhana dan mudah saja
Ternyata engkau lahir bukan untuk bersiap-siap menghadapi hidup
Engkau lahir adalah untuk hidup dan menjalani hidup
Engkau lalu menjadi begitu pasrah dan ikhlas
Menerima waktu yang semakin habis
Tubuhmu menjadi sakit dan terbaring di dipan
Anak-anakmu yang dekat maupun yang jauh berdatangan
Berdoa dan memohonkan ampun di samping dipan
Mengantarkanmu meme
nuhi waktu terakhir
Sampai akhirnya engkau pergi meninggalkan dunia dengan tenang
Anak-anakmu bahagia
Melihatmu tersenyum dengan tenang di saat terakhir
Menandakan keberhasilanmu menjalani hidup
Mereka mendoakan
Hidupmu lebih bahagia dan tenang
Di alam yang lebih kekal
Mereka bangga terhadapmu.
~ Kahlil Gibran ~
Yang sedang bertanya-tanya
Tentang masa depan yang tersembunyi dan terbayang begitu jauh
Berharap-harap tentang hidup yang sedang dan akan dihadapinya
Anak-anakku,
yang sedang mencari keyakinan jiwa
Terhadap jiwa lain yang menjadi pasangan jiwanya
Anak-anakku,
Yang sedang gelisah
Menjalani hidup yang penuh ketidakpastian
Dan godaan-godaan yang memberatkan
Anak-anakku,
Yang semakin dewasa
Dan penuh dengan beban tanggungjawab kehidupan
Aku berdoa untuk kalian
Ya Allah,
Karuniakanlah kebajikan dan keteguhan hati kepada mereka
Jiwa-jiwa yang sedang tumbuh dewasa
Bersihkanlah jiwa mereka
Masukkanlah mereka dalam lindunganMu dan pemeliharaanMu
Anakku,
Pada mulanya engkau dan dia bertemu dalam ketidaksengajaan
Karena sejak mulanya adalah engkau dan dia dipertemukan
Oleh Tangan Gaib yang mengatur kehidupan
Dan sejak engkau bertemu lelaki bermata kuat
Dengan tatapannya yang tajam
Ada yang tersentak dari dalam dadamu
Engkau sering menyendiri duduk dalam gelap
bersenandung nyanyian kasmaran
Dan tersenyum entah untuk siapa
Nampaknya engkau tengah mabuk kepayang
memahat langit dengan angan-angan
mengukir malam dengan bayang-bayang
Jangan hanya diam engkau simpan dalam duduk termenung
Malam yang engkau sapa lewat tanpa jawab
Bersikaplah jujur dan terbuka
Tumpahkanlah perasaan yang sarat dengan cinta yang panas bergelora
Barangkali takdir tengah bicara
Telah datang seorang lelaki diperuntukkan buatmu
Dan pandangan matanya memang khusus buatmu
Mengapa engkau harus sembunyi dari kenyataan
Cinta kasih sejati kadang datang tak terduga
Bergegaslah bangun dari mimpi
Atau engkau akan kehilangan keindahan yang tengah engkau genggam
Anggap saja takdir tengah bicara
Ia datang dari langit buatmu dan pandangan matanya khusus buatmu
Engkau akan segera menyadari
Keadaannya tidaklah jauh berbeda
Takdir tengah bicara kepadanya
Ada yang tersentak dari dalam dadanya
Sejak ia bertemu denganmu gadis bermata lembut
Dan tatapanmu yang sejuk
Ia mengasingkan diri dari keriuhan
Merenungi keajaiban ruhaniah yang menggetarkan jiwanya
Bermalam-malam lewat tanpa jawab
Berharap-harap ia bertemu lagi denganmu
Menyusun angan-angan duduk berdua di bawah pohon cemara
Dan bercerita tentang sepasang burung yang bercumbu di atas dahan
Ia menyematkan kembang di rambut telinga kananmu
Lalu waktu yang engkau dan dia bayangkan pun tiba
Engkau bertemu dengannya berdiri di dekat duduknya
Tetapi ia hanya duduk terdiam
Engkaupun hanya berdiri terpaku berharap-harap
Ia berdiri mendekat ke hadapanmu dan menyapamu
Angin dan daunan dan waktu bercanda menunggu
Tetapi engkau dan dia tidak beranjak menyambut suara alam
Yang mengabarkan harapanmu terhadapnya
Dan mengabarkan hasratnya terhadapmu
Keraguanlah yang menyelimuti langkahmu
Engkau ragu keliru memahami pandangan matanya
Ketakutanlah yang menyelubungi langkahnya
Ia takut menemui kenyataanmu yang berbeda
Waktu berlalu dan engkau dan dia berlalu
Sejak ia berlalu dari hadapanmu
Sepi menggelayut di dalam dadamu dan rindu bayang-bayangnya
Sejak engkau berlalu dari hadapannya
Di dadanya bergelayut sepi dan rindu bayang-bayangmu
Engkau dan dia memang tidak seperti kanak-kanak lagi
Kanak-kanak tidak pandai berdusta apalagi terhadap perasaan di dada
Kanak-kanak yang begitu jujur tentang apa yang disukainya atau
dibencinya
Dan disampaikannya dengan tanpa beban
Sedang engkau menyembunyikan darinya
Perasaanmu yang bergelora
Dan dia menyembunyikan darimu
Hasratnya yang membara
Kedua-duanya bersembunyi dibalik harga diri
Mengapa engkau dan dia tidak bersegera mengikuti panggilan jiwa
Yang disatukan Tangan Gaib dalam cinta
Anugerah yang mengejawantah dalam dirimu dan dirinya
Pabila cinta telah memanggilmu ikutilah jalannya
Meski dibalik sayapnya yang anggun
Tersimpan pedang tajam melukaimu
Yakinlah anugerah gaibNya akan membimbing engkau dan dia
Dalam perjalanan yang menggembirakan betapa pun jauhnya
Apabila anugerah cinta telah melingkupi jiwamu dan jiwanya
Maka atas kehendakNya engkau dan dia akan dipertemukan
Betapapun engkau tidak menginginkan
Atau dia tidak menghendaki
Apabila hanya hasrat dan gelora nafsu yang melingkupi jiwamu dan
jiwanya
Maka atas kehendakNya engkau dan dia akan dipisahkan
Betapapun engkau ingin menemukannya
Atau dia ingin menemukanmu
Sesungguhnya atas kehendakNyalah engkau dan dia dipertemukan atau
dipisahkan
Nampaknya kegelisahanmu dan hasratnya
Hendak dipertemukan olehNya dalam cinta
Sehingga waktu membuatmu sering berhadapan dengannya
Dan ruang sering menempatkannya di dekatmu
Lalu engkau dan dia menjadi lebih mudah berbicara
Dan mendekatkan jiwamu dengan jiwanya
Sampai tiba waktu yang engkau dan dia tunggu
Benih yang dianugerahkan untukmu dan untuknya
Telah mulai bersemi dan tumbuh sebagai pohon cinta dengan cepatnya
Kalian menjadi sepasang kekasih yang saling mengikat janji setia
Sepasang kekasih saling menumpahkan perasaan
Mengikat waktu dengan memadu rindu
Saling bercerita tentang kegembiraan
Saling bercerita tentang kesedihan
Saling membagi tentang harapan dan beban
Memupuk pohon cinta dengan terbuka
Kepercayaan dan keikhlasan tentang hidup yang nampak atau tersembunyi
Memberikan dengan segala kerelaan kesempatan dan dukungan
Meminta dengan lembut pembelaan dan perlindungan
Memberikan pengertian dengan sepenuh hati dan pikiran
Sepasang kekasih saling menjaga dan memelihara
Karena ada kalanya di tengah waktu
Datang masa-masa yang mengganggu dan membingungkan
Menjadi masalah dan kemarahan
Lalu seperti kanak-kanak kalian saling membenci
Tentang keadaannya yang tidak engkau inginkan
Tentang keadaanmu yang tidak dia inginkan
Lalu seperti kanak-kanak kalian saling berdiam
Tentang ketidakmengertiannya terhadap keinginanmu
Tentang ketidakmengertianmu terhadap keinginannya
Anugerah cinta, harapan dan kedewasaan yang membimbing kalian
Membawamu kembali mendekat kepadanya
Membawanya kembali mendekat kepadamu
Lalu kalian saling bercerita
Tentang pemeliharaan dan penjagaan sepasang kekasih
Lalu kalian saling mengingatkan tentang pohon cinta yang kalian
ikrarkan
Di sepanjang perjalanan selalu datang kabut
Mengaburkan pandangan dan menghalangi tujuan hidup
Kekuatanmu dan kekuatannya dan anugerah cinta yang dapat
membersihkannya
Maka hanya kepadaNya berlindung dan berserah diri
Sepasang kekasih memohon penjagaan dan pemeliharaan
Sepasang kekasih memohon limpahan kasih sayang
Pohon cinta tumbuh subur dan semakin dewasa
Akarnya semakin kuat dan pokoknya semakin kokoh
Daunnya semakin rimbun meneduhi
Pohon dewasa yang siap berbunga dan berbuah
Dalam jiwamu mulai tumbuh perasaan-perasaan baru
Tentang tujuan dan harapan pohon cinta
Akankah ini berbunga dan berbuah dengan lebatnya
Engkau menjadi putik benih bagi hidup baru
Dan dia menjadi sari menghidupkan benih
Dalam jiwanya mulai tumbuh gagasan-gagasan baru
Tentang kedewasaan pohon cinta dan tujuan dan harapannya
Akankah ini berbunga dan berbuah dengan lebatnya
Akankah dia menikmatinya bermusim-musim
Malam-malam berlalu tanpa jawab
Kegelisahanmu dan kegundahannya dipertemukan dalam diam
Engkau tidak tahu bagaimana memulai kata ungkapan tentang perasaanmu
yang baru
Dia tidak tahu bagaimana menceritakan gagasannya yang baru
Kedewasaanmu dan kedewasaannya mendapat ujian
Menghadap
i kenyataan dengan terbuka dan jujur
Bermalam-malam berlalu dengan doa
Engkau dan dia berdoa
Ya Allah,
Bersihkanlah diriku, jernihkanlah pikiranku, beningkanlah hatiku
Tunjukkanlah kepadaku keyakinan yang benar
Pilihkanlah bagiku asal yang baik dan akhir yang baik
Sampai tiba waktunya
Engkau dan dia dikuatkan
Saling membuka dan bercerita tentang hal yang sama
Dan kalian saling tertawa tentang kekakuan beberapa masa sebelumnya
Kalian saling memantapkan harapan dan tujuan
Kalian saling mengingatkan tanggungjawab dan kenyataan hidup
Kalian saling setuju hidup bersekutu
Maka atas KehendakNYa kalian dipersatukan
Atas NamaNya kalian menjadi Suami Istri dengan kasih sayang
Berjanji saling menjaga dan mengingatkan tentang kebaikan
Saling melindungi dan mendukung dalam kehidupan
Dan hidup menjadi lebih nyata dan membahagiakan
Begitulah kalian menjalani hidup bersekutu
Bulan-bulan berlimpah kegembiraan dan kesenangan
Memadu kasih dengan bahagia tanpa kesedihan dan kegelisahan
Seolah-olah hanya kalian berdua yang ada di dunia
Lalu waktu berjalan semakin panjang
Dan hidup menjadi semakin nyata
Keriuhan dan gejolak hidup menampakkan wujudnya
Engkau mengandung anakmu yang pertama
Lalu seperti mendapat jiwa lain bersemayam dalam tubuhmu
Engkau dan dia merasakan ikatan yang batin
Suamimu bergembira dan menjadi semakin dewasa
Sembilan bulan engkau menjaga anak dalam kandunganmu
Dengan susah payah yang bertumpuk
Ada kalanya engkau menyimpan marah dan kesal
Ada kalanya engkau begitu gembira dan bahagia
Penuh syukur dan doa kepadaNya
Ketika tiba saatnya
Beban kandungan semakin memuncak
Punggungmu semakin berat dan payah
Pinggangmu semakin pegal dan sulit bernapas
Anakmu mengabarkan waktunya semakin dekat
Dan engkau melahirkannya dengan kesulitan dan berat
Antara rasa hidup dan mati yang menyakitkan
Suamimu menjagamu dan menguatkanmu
Ketika suara tangis bayi terdengar
Manusia baru telah lahir di tengah-tengah keluargamu
Dan engkau merasakan kebahagiaan yang tinggi
Memeluk bayi basah begitu merah
Jiwamu penuh dengannya dan jiwanya mengenalimu sebagai ibunya
Udara seperti penuh malaikat-malaikat suci
Menyambut dengan doa kehadiran anakmu
Membisikkan kepadamu harapan-harapan dan janji dari Tuhan
Hidupmu menjadi begitu berharga dan mulia
Dan mendapat tempat istimewa di surgaNya
Engkau menjadi ibu
Suamimu menjadi bapak
Engkaupun mengasuh dan memeliharanya
Dengan kasih sayang yang berlimpah
Jiwamu terikat dengan jiwanya
Air susu yang engkau minumkan kepadanya
Menjadi air jiwa bagi anakmu
Dan kebahagiaannya meminum air susumu
Menjadi tali yang tidak pernah putus bagimu
Kemanapun engkau bepergian
Yang ada dalam hati dan pikiranmu hanyalah wajah mungilnya
Maka bila tiba waktu pulang
Engkau bergegas dan cepat-cepat hendak sampai rumah
Di halaman engkau dengar tangisnya
Ia mencium aroma tubuhmu lewat angin
Hatimu tersayat-sayat penuh dengan rasa rindu bergumpal-gumpal di
dadamu
Air susumu menetes karenanya
Tidak sabar engkau angkat dan engkau cium wajahnya
Disambutnya engkau dengan senyum dari mulut mungil
Dan mata lucu yang merasa aman pelindungnya telah datang
Diusap-usapnya dengan kedua tangan mungil kulit wajahmu yang lekat di
wajahnya
Seolah-olah dapat dipastikan olehnya halus kulit wajahmu
Matanya semakin berbinar
Mendapati air susumu yang segar dan menyehatkan
Dan hatimu semakin bersinar
Kebahagiaan yang bertumpuk di atas kebahagiaan
Engkau lupakan semua lelah dan payah yang engkau jalani
Menungguinya bermalam-malam tanpa tidur
Ketika merengek ia basah oleh ompol atau kotoran
Ketika menangis ia tengah malam haus atau lapar
Waktu terus berjalan
Engkau melihat anakmu tumbuh berkembang
Belajar berguling dan menengkurapkan tubuhnya
Belajar merangkak dan berjalan
Dan mengucapkan kata-katanya yang pertama
Engkau mengajarinya memanggilmu ibu
Dan memanggil suamimu bapak
Engkau mengajarinya tentang alam
Api itu panas es itu dingin
Obat itu menyembuhkan racun itu mematikan
Engkau mengajarinya makan dan memakai baju
Menyisirkan rambutnya
Sambil bersenandung lagu kesukaannya
Dan menggumam betapa eloknya anakmu
Kesukaanmu kepadanya bertambah-tambah
Ikatanmu terhadapnya semakin kuatnya
Sedikit saja ia luka terjatuh atau tersayat pisau
Engkau begitu khawatirnya
Seolah-olah darah yang tumpah itu adalah darahmu sendiri
Dan kulitmulah yang tersayat atau luka
Begitu sayangnya engkau kepadanya
Sehingga yang engkau ucapkan adalah rasa marah
Yang lalu rasa sedihmu sebab telah memarahinya
Membuatmu menggendongnya dan mengusap lembut lukanya
Dengan obat yang paling lunak tetapi menyembuhkan
Engkau melihat anakmu tumbuh semakin dewasa
Dan menghadapi hidup dengan jalannya sendiri
Engkau semakin kesulitan menghadapinya
Seolah-olah ia tidak dapat mengerti keinginanmu
Dan engkau tidak lagi mengerti keinginannya
Ia hidup dengan teman-temannya sendiri
Berbicara sedikit denganmu dan dengan suamimu
Ia seolah-olah semakin jauh
Engkau bimbang dan gagap menghadapi dunianya yang berubah
Rasa cintamu kepadanya begitu ingin
Mengikatnya dalam rengkuhanmu
Mengamankannya dalam dekapanmu
Menggendong dan mengelus wajahnya seperti ketika ia kecil
Sedang gagasanmu tentang tantangan hidupnya begitu ingin
Membebaskannya melakukan pencarian
Mendukungnya tumbuh dan belajar menghadapi masa depannya
Melepaskannya untuk hidup dalam masanya
Sampai tiba waktunya ia benar-benar menjadi dewasa
Dan memahami duniamu dengan lebih leluasa
Dan engkau memahami dunianya dengan lebih lega
Percaya dan ikhlas tentangnya
Yakin karena engkau telah membimbingnya dengan benar
Maka engkau berdoa untuk anakmu setiap malam dalam sujud
Ya, Allah,
Tunjukkanlah kepada anakku jalan yang benar
Dekatkanlah ia kepada jalanMu
Bimbinglah ia, jagalah ia, lindungilah ia
Berikanlah kepadanya keteguhan dan keyakinan yang kuat
Tabahkanlah ia menghadapi hidup
Dan sabarkanlah kami dan bimbinglah kami orang tuanya
Ya Allah,
Kami berserah diri kepadaMu
Tiba waktu bagi anakmu menemukan kekasihnya
Seperti engkau ketika muda
Engkau begitu ingin melihat kekasihnya
Dililit rasa cemburu karena perhatiannya kepadamu
Tidak lagi seperti dahulu
Ia lebih banyak bersama kekasihnya daripada bersamamu
Dan ketika bersamamu
Ia lebih banyak bercerita tentang kekasihnya daripada tentangmu
Engkau merasa akan tiba waktunya
Dan ketika anakmu menikahi kekasihnya
Waktu pun tiba
Engkau berpisah dengannya
Anakmu menjalani hidup sendiri
Mendiami rumahnya sendiri
Bersama dengan istrinya seperti engkau dahulu
Dan hidupmu seolah-olah kesepian
Waktu terus berputar
Dan kalian berdua menjadi begitu tua
Rambut memutih dan tubuh melemah
Kenangan berjalan satu-satu di depan mata
Engkau menjadi memiliki kesadaran dan memahami
Hidup ini bisa begitu mudah atau rumit
Tergantung bagaimana engkau melihat dan menjalaninya
Sekarang engkau telah tua sehingga engkau melihat
Apa yang dahulunya engkau anggap
Sebagai kerumitan dan kesulitan yang besar
Ternyata hanyalah hal yang sederhana dan mudah saja
Ternyata engkau lahir bukan untuk bersiap-siap menghadapi hidup
Engkau lahir adalah untuk hidup dan menjalani hidup
Engkau lalu menjadi begitu pasrah dan ikhlas
Menerima waktu yang semakin habis
Tubuhmu menjadi sakit dan terbaring di dipan
Anak-anakmu yang dekat maupun yang jauh berdatangan
Berdoa dan memohonkan ampun di samping dipan
Mengantarkanmu meme
nuhi waktu terakhir
Sampai akhirnya engkau pergi meninggalkan dunia dengan tenang
Anak-anakmu bahagia
Melihatmu tersenyum dengan tenang di saat terakhir
Menandakan keberhasilanmu menjalani hidup
Mereka mendoakan
Hidupmu lebih bahagia dan tenang
Di alam yang lebih kekal
Mereka bangga terhadapmu.
~ Kahlil Gibran ~
Langganan:
Postingan (Atom)